Blogger Widgets

Senin, 28 Oktober 2013

Yipi Si anjing gembala Di sebuah lembah, ada seorang gembala tua bernama Pak Jason. Setiap sore, ia megembalakan domba-dombanya yang akan merumput di padang rumput hijau. Di sisinya tampak yipi, anjing gembala kepercayaannya. “ayo, yipi !” kata pak Jason. “jagalah domba-domba ini. Jangan sampai mereka makan trlalu jauh dari kita.“ Yipi sangat pandai. Ia selalu tahu apa yang diinginkan pak Jason yang sudah tua itu. Yipi mengerti setiap perintah, siulan, tanda-tanda yang dibuat pak Jason. Ia akan mengejar domba-domba yang nakal kesana dan kemari, menggonggongi, dan menjaga domba-domba itu. Domba-domba biasanya lari kesana-kemari. Pak Jason tua biasanya tertawa melihat mereka. “mereka memang domba-domba yang tak tahu apa-apa !” katanya pada yipi, saat menonton mereka lari menuruni lembah. Domba- domba itu akan menggoyangkan ekor mereka. Domba-domba muda akan saling dorong agar bisa dekat dengan ibu mereka. Saat makan malam, pak Jason memakan bekalnya dan minum the panas yang tersedia di termosnya. Yipi juga biasanya mendapat the hangat, namun matanya tak lepas menjaga domba-domba. Yipi tahu, domba-domba kecil yang nakal sering lari jauh dari lembah itu. Soreharinya, pak Jason tampak sudah lelah. Saat itu matahari mulai terbenam. Ia menghitung domba dan yakin kalu semua ada di situ. “ayo yipi, mereka sudah lengkap. Ayo kita pulang,” katanya sambil melangkah pergi. Namun yipi menggonggong seperti ingin mengatakan sesuatu . ia menarik celana pak Jason dengan giginya, lalu lari ke bukit. Pak Jason mengikutinya. Di atas bukit tampak seekor domba melenguh kencang. Rupanya kakinya tersangkut di semak-semak berduri. “waah, tadi rupanya aku salah hitung,“ keluh pak Jason tua. “untung aku punya yipi yang pintar.” Pak Jason melepas domba itu dari semak duri dan menepuk kepala yipi. “kamu memang anjing yang pintar,” pujinya ketika yipi lari mengikuti domba kecil itu lari menuruni lembah mendapati ibunya. “domba-domba itu beruntung, seperti juga aku, karena memiliki anjing yang bisa dipercaya, “gumam pak Jason. Mereka kemudian pulang ke rumah. Pak Jason bergumam lagu yang merdu sambil membayangkan makan malamnya yang lezat. (oleh teddy sheringham arno dari kelas IX-9)